Penulis: Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Secara makro, kinerja perekonomian mengalami perbaikan. Seiring pemulihan ekonomi global masih menunjukkan rebound yang kuat karena kasus Covid global semakin melandai dan kecenderungan reopening yang meluas.
Secara detail kasus harian, Covid-19 global sudah turun 39 persen dari puncak gelombang varian Delta pada Agustus. Reopening dan vaksinasi diharapkan mendorong pemulihan menjadi lebih cepat, meski tetap alarm kewaspadaan masih harus terus dibunyikan agar tidak lengah apalagi sampai ceroboh dan memancing hadirnya gelombang baru di depan.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dirilis oleh OECD dan IMF untuk 2021 masih solid, masing-masing memproyeksikan 5,7 persen dan 5,9 persen meski risiko meningkat, setelah sempat kontraksi -3,1 persen pada 2020.
Sementara di Indonesia, dengan terus terkendalinya pandemi Covid-19, dan semakin gecarnya program vaksinisasi di daerah-daerah secara perlahan namun pasti ikut mendorong pemulihan ekonomi nasional. Mobilitas penduduk yang semakin meningkat (Oktober naik 4,9 persen mtm), melampaui kondisi sebelum pandemi, sejalan dengan pelonggaran secara bertahap level penerapan PPKM di daerah-daerah tertentu menjdai pemicu pergerakan aktifitas ekonomi masyarakat.
Namun demikian, beragam risiko tetap harus diwaspadai. Di dalam negeri, seperti potensi munculnya gelombang baru pada akhir tahun karena semakin longgarnya aktifitas masyarakat. Kemudian di tingkat global, kebijakan tapering off the Fed yang akan berdampak pada volatilitas pasar keuangan, fenomena disrupsi sisi supply yang ditandai dengan naiknya ongkos produksi global (pengapalan, upah buruh, dan kelangkaan komponen), dan perlambatan pertumbuhan di Tiongkok, baik akibat perubahan orientasi kebijakan ekonominya, krisis energi, maupun kasus potensi gagal bayar perusahaan properti raksasa Evergrande yang berpotensi memiliki dampak rambatan ke Indonesia.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Q3-2021 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,5 persen, masih ditopang konsumsi masyarakat, meningkatnya aktivitas investasi, kemudian masih kuatnya kinerja ekspor didorong berlanjutnya tren harga komoditas, serta pemulihan yang merata di berbagai wilayah.
“Kinerja ekonomi kita dengan perbaikan ini memberikan suatu optimisme untuk merevisi kuartal ketiga kita, outlook pertumbuhan dari kuartal ketiga kita membaik menjadi 4,5 persen, memang dibanding kuartal kedua menurun, tapi kalau dilihat kuartal ketiga kita mengalami Delta varian yang begitu sangat tinggi. Hal itu yang menyebabkan adanya koreksi terhadap pemulihan ekonomi kita di kuartal ketiga namun koreksi tidak terlalu dalam,” ujar Menteri Keuangan pada Konferensi Pers virtual APBN KiTa edisi Oktober 2021.
Sri Mulyani juga menyampaikan untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan akan mencapai 4,0 persen. “Dimana kinerja untuk kuartal keempat tetap akan berpotensi rebound namun mungkin lebih normal dan tentu rebalancing dari berbagai kegiatan ekonomi seperti di Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa akan mempengaruhi outlook di kuartal keempat dan terutama untuk tahun depan,” ucapnya
***