Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Tren industri perbankan saat ini boleh jadi semakin mengarah ke perbankan digital. Sebut saja layanan Jenius milik BTPN, Digibank milik DBS Bank, Bank Jago hingga pemain besar sekelas Bank BCA pun juga tak ketinggalan untuk turut meramaikan ceruk bisnis baru ini lewat platform Blu.
Namun sepertinya tidak demikian kebijakan dan strategi bisnis yang ditempuh oleh PT Bank Mandiri Tbk. Meski mengaku juga tengah mengkaji opsi akuisisi bank digital, bank bersatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu untuk saat ini masih lebih akan fokus untuk mengembangkan plaatform m-banking baru miliknya, yang diberi nama Livin’.
“Saat ini kami memang masih akan fokus pada pengembangan platform Livin’ by Mandiri. Sejak diperkenalkan di awal tahun sebagai pengganti layanan m-banking kami sebelumnya, progress pertumbuhannya sangat bagus dan sesuai harapan,” ujar Direktur Keuangan & Strategi PT Bank Mandiri Tbk, Sigit Prastowo, dalam Public Expose Live 2021 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (8/9).
Dijelaskan Sigit, aplikasi Livin’ per Agustus 2021 lalu telah digunakan oleh 7,1 juta nasabah aktif Bank Mandiri. Tak hanya itu, nilai transaksi yang dilakukan nasabah lewat platform ini juga telah mencapai Rp388 triliun di triwulan II/2021 lalu. Capaian ini terhitung lebih besar sekitar 1,5 kali lipat dari jumlah transaksi nasabah lewat ATM yang berkisar Rp210 triliun.
Sementara dari segi jumlah transaksi, aktivitas nasabah di Livin’ juga telah tercatat mencapai 235 juta aktivitas. Jumlah tersebut juga telah melampaui aktivitas di mesin ATM yang tercatat sebanyak 206 juta transaksi. “Fakta-fakta inilah yang membuat kami yakin bahwa bila fitur-fitur di platform ini ditambah, maka Livin’ bisa berkembang dari sekadar platform m-banking menjadi aplikasi super alias superapp. Kami sudah siapkan anggaran belanja hingga Rp2 triliun untuk (rencana) ini,” tutur Sigit.
Namun demikian, diakui Sigit bahwa penguatan kapabilitas perusahaan lewat layanan perbankan digital juga masuk dalam opsi strategis yang kini tengah dibahas secara serius oleh manajemen Bank Mandiri. Hal ini tak lepas dari munculnya fenomena baru di industri jasa keuangan seiring dengan adanya pandemi Covid-19.
Faktor keterbatasan mobilitas dan aktivitas transaksi sehari-hari rupanya justru mendorong masyarakat untuk semakin familiar dengan berbagai ragam pilihan transaksi digital. “Dengan membangun kapabilitas perusahaan dalam hal layanan digital, kami berharap dapat semakin memenuhi harapan nasabah sekaligus menarik nasabah baru. Pada saat yang bersamaan, kami juga terus mengkaji potensi untuk terus melakukan inisiatif, misalnya, mengakuisisi atau membangun digital bank seperti halnya yang dilakukan bank-bank lain,” tegas Sigit.