Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan optimis terus berjalan sesuai target pemerintah. Sejak mampu mengatasi defisit pada 2021, BPJS Kesehatan bisa memberikan pelayanan menjadi lebih mudah dan cepat kepada peserta, termasuk pembayaran kepada rumah sakit .
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, pihaknya telah melakukan transformasi struktural maupun kultural sehingga lembaga yang dipimpinnya kini berjalan sesuai target.
Menurutnya ada tiga faktor yang membuat defisit yang dialami BPJS berubah menjadi positif pada 2021. Pertama, adanya pandemi COVID-19 yang membuat peserta yang tidak sakit serius takut datang ke rumah sakit sehingga klaim pun menurun. Dua, adanya penyesuaian harga premi pada 2020.
Tiga, kerja keras dan komitmen dari pegawai BPJS Kesehatan untuk menghadirkan pelayanan yang mudah dan cepat kepada peserta.
Selain itu karena adanya faktor harga keekonomian bisa berubah sesuai perkembangan ekonomi sehingga dimungkinkan iuran bisa naik pada 2025 menyusul perubahan tarif standar layanan kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2023.
Penerimaan BPJS Kesehatan pada 2022 lalu sebesar Rp144 triliun atau tumbuh tipis dari Rp143,32 triliun, sedangkan jumlah pengeluaran sepanjang 2022 sebesar Rp115 triliun. Bertambahnya penerimaan itu juga sejalan dengan perluasan cakupan kepesertaan yang pada 2021 berjumlah 235.719.262 orang, menjadi 248.771.083 orang pada tahun 2022 lalu.
Ghufron merupakan guru besar Universitas Gadjah Mada yang pernah menjadi Wakil Menteri Kesehatan ini, mengklaim negara lain mengakui prestasi BPJS Kesehatan di Indonesia yang hanya dalam waktu 10 tahun sudah memiliki peserta 48 juta sedangkan di negara lain bisa membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai hal tersebut.