Tahun ini masih berada pada tahap penguatan (strengthening), perusahaan masih fokus dengan memperkuat modal, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan memperbaika inovasi layanan
Penulis : Keyzha Azahra I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Tahun 2022 masih menjadi tahun penuh tantangan. Meski pandemi sudah mulai mereda dan semakin terkendali, namun roda ekonomi belum berjalan normal.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, secara keseluruhan pada 2021, ekonomi tumbuh 3,69 persen. Proses pemulihan ekonomi nasional pada 2022 diprakirakan berlanjut meski kasus Covid-19 varian Omicron masih terus terjadi.
Sejumlah indikator ekonomi hingga Februari 2022 tercatat tetap baik. Dengan perkembangan itu, perekonomian domestik diprakirakan tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7 hingga 5,5 persen pada 2022.
Kondisi itu terjadi bila percepatan vaksinasi, pembukaan ekonomi yang semakin meluas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait lainnya berjalan secara simultan.
Di tengah tantangan yang begitu berat seperti itu, PT Asuransi Bangun Askrida (ASKRIDA) masih tetap ingin terbang tinggi. Salah satunya dengan cara secara konsisten menerapkan strategi memperkuat komitmen dan konsisten dalam melakukan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam setiap lini bisnisnya.
Karena dengan menerapkan manajemen risiko dan terus menjalankan inklusi dan literasi keuangan diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap produk unggulan yang dimiliki ASKRIDA.
Seperti diketahui, ASKRIDA adalah perusahaan asuransi umum dengan fokus pada pasar captive asuransi kredit untuk bank pembangunan daerah (BPD).
Perusahaan juga menawarkan berbagai produk asuransi umum lain seperti properti, kendaraan bermotor, surety bond, kecelakaan diri, kargo, dan lainnya.
Strategi memperkuat manajemen risiko, perusahaan dengan meletakkan dasar-dasar yang kokoh agar pengelolaan risiko menjadi efektif dan efisien, terbukti membuahkan hasil.
Pada awal tahun ini, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat idA kepada ASKRIDA dengan prospek stabil. Artinya, Askrida termasuk perusahaan yang memiliki karakteristik keamanan keuangan yang relaitf kuat dibandingkan dengan perusahaan lain di Indonesia.
Peringkat yang diperoleh merupakan cerminan sinergi yang kokoh antara ASKRIDA dengan dengan pemegang saham, profil permodalan yang kuat, dan likuiditas yang di atas rata-rata.
Navigasi Bisnis
Karena menyadari tantangan demi tantangan ke depan akan senantiasa hadir, maka ASKRIDA sejak dua tahun lalu, tapatnya pada 2020 sudah menyiapkan diri untuk membuat lompatan.
Dengan menyusun sebuah roadmap 2020 – 2030, perusahaan mempunyai peta yang berfungsi menjadi navigasi bisnis dalam 10 tahun ke depan.
Nonot Haryoto, Direktur Utama ASKRIDA mengatakan, roadmap dibagi menjadi 3 tahap, yakni strengthening, expanding, dan sustaining.
Tahap pertama adalah strengthening. Tahapan yang sudah berjalan sejak 2020 dan pada tahun depan akan berakhir ini sudah berjalan selama dua tahun, bertujuan memperkokoh pondasi perusahaan yang diharapkan tuntas selama 3 tahun.
Berikutnya adalah tahap expanding. Setelah pondasi kokoh, maka berlanjut menuju tahap ekspansi. Pada tahapan yang dimulai sejak 2023 hingga 2027 diharapkan perusahaan mampu berekspansi lebih luas dengan membuat beragam terobosan produk dan cakupan pasar yang semakin beragam.
Dan tahap sustaining, yang merupakan tahap terakhir dari roadmap adalah era berkelanjutan. Tahapan yang berakhir pada 2030 itu akan membawa perusahaan terbang lebih tinggi. Artinya sudah tinggal landas.
“Jadi selama tiga tahun ini, ASKRIDA akan memperkuat diri di tengah kondisi ekonomi yang belum sempurna,” jelas Nonot.
Pada tahap pertama ini, ASKRIDA akan memperkuat modal, sumber daya manusia, dan inovasi layanan. Karena periode penguatan selama tiga tahun ini akan menentukan tahap berikutnya. Dan jika ekspansi berhasil yang ditargetkan selama empat tahun, maka dalam tiga tahun ke depan yaitu ketika tahp sustaining, ASKRIDA tinggal menikmati hasilnya.
“Jadi dalam tiga tahun pertama ini kita perkuat dari sisi keuangan. Dengan menjaga RBC stabil di atas 175 persen. Lalu dari SDM, dan produk-produk inovatif,” kata Nonot.
Dalam tahap ekspansi nanti, ASKRIDA berencana akan mendirikan sebuah perusahaan asuransi umum baru.
Perusahaan asuransi berskala nasional, yang berdiri pada 2 Desember 1989 ini memang memiliki bisnis yang kuat dalam menjamin kredit yang disalurkan Bank Daerah.
Sebagai salah satu program pada tahap ekspansi, ASKRIDA meyakini harus terjadi pemisahan antara bisnis yang bersifat Business to Business (B to B), dengan Business to Customer (B to C). Karena kedua model bisnis tersebut mempunyai ciri khas masing-masing yang tidak bisa disatukan.
Pada tahap ekspansi yang dimulai pada 2023 nanti, ASKRIDA fokus pada asuransi kredit BPD, kemudian perusahaan lain menggarap bisnis asuransi umum. Sambil terus mengoptimalkan ASKRIDA Syariah, anak perusahaan hasil spin off yang fokus pada asuransi berbasis syariah.
Kemudian dari sisi SDM, Nonot menyampaikan bahwa ASKRIDA akan terus melakukan pengembangan SDM kendati pandemi masih berlangsung.
Manajemen berusaha agar memiliki SDM yang berkarakter unggul dan profesional (integritas, loyalitas, kapabilitas) serta memastikan efektivitas pengelolaan SDM yang mencakup kompetensi, kualifikasi, dan kecukupan pada seluruh satuan kerja.
Karena manajemen sadar bahwa SDM adalah asset perusahaan yang paling berharga. Tahapan-tahapan road map tadi hanya akan menjadi sekedar dokumen penting saja bila tidak ditopang oleh SDM yang mumpuni.
Untuk memiliki SDM dengan kualitas kompetensi yang tinggi, ASKRIDA telah menyelenggarakan program officer development program (ODP) sejak 2017 dan menyelenggarakan kembali dua tahun kemudian, yaitu pada 2019.
Meski pandemi, sejak 2020, pengembangan kompentensi karyawan terus dilakukan secara daring. Sejak 2020 juga, ASKRIDA memiliki aktuaris sendiri tanpa harus merekrut dari eksternal.
Total karyawan ASKRIDA saat ini sebanyak 566 orang. Dengan komposisi karyawan di bawah usia 40 tahun sebanyak 363 orang atau 64 persen. Sementara karyawan berusia di atas 40 tahun sebanyak 203 orang atau 36 persen.
Kemudian dari sisi inovasi produk, Nonot menginisiasi adanya produk bundling dengan pemerintah daerah. Baik kerjasama dengan instansi pemerintah atau badan usaha milik pemerintah daerah (BUMD).
Nonot yakin bahwa dengan adanya produk bundling pasti akan menekan biaya BUMD.
“Kami sudah berkonsultasi ke OJK dan diperbolehkan dikembangkan,” sebut Nonot.
Selain itu, untuk mengembangkan produk bundling tersebut, ASKRIDA juga telah menggandemg MarkPlus Consulting. Dengan menjadikan area Jawa Barat sebagai pilot project.
Digitalisasi
Era digitalisasi sudah mustahil dihindari. Kecepatan dan ketepatan dalam menjalankan dan mengeksekusi bisnis menjadi standar sebuah perusahaan di mata masyarakat.
Sebagai bagian dari industri asuransi yang mempunyai potensi mengembangkan bisnis ke arah digitalisasi atau insurance technology (insurtech), ASKRIDA sudah sejak beberapa tahun lalu menyesuaikan layanan teknologinya agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Saat ini ASKRIDA upaya-upaya penyempurnaan prosedur-prosedur B to B agar proses bisnis berjalan dengan lancar, cepat, aman dan dapat dipertanggungjawabkan masih terus dilakukan dan diperbaiki terus menerus.
Juga dengan menerapkan sistem host to host dengan beberapa BPD dan Bank umum lain. Dengan sistem ini membuat server ASKRIDA terhubung dengan server atau perangkat lain yang ada di BPD/Bank lainnya.
“Ke depan ASKRIDA berupaya untuk mengembangkan bisnis B to C yang dilakukan secara terpisah dari bisnis B to B.
Setelah tahapan roadmap 2020 – 2030 terlewati semua, bukan berarti pada 2030 proses bisnis berhenti.
Karena awal pijakannya sudah berbeda, maka pada tahap berikutnya, road map sepuluh tahun berikutnya tentu akan jauh berbeda.
Termasuk strategi yang akan digunakan pun akan disesuiakan dengan situasi yang tengah berkembang pada saat itu.
Seperti diketahui, perkembangan teknologi informasi itu bergerak secara eksponensial. Bisa jadi teknologi digital yang terjadi pada saat ini, pada 2030 nanti sudah dianggap usang.
Maka, dalam situasi seperti itu, mau tidak mau perusahaan yang ingin tetap bertahan harus segera bertransformasi dengan cara mengikuti dan menyesuiakan tantangan yang sedang dihadapi pada waktu itu./adv***