Penulis : Yudi Rachman I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Semua kilang minyak pasti menghasilkan limbah sulfur. Pertamina berhasil berinovasi dengan memanfaatkan bahan yang awalnya berupa limbah menjadi produk pupuk yang digunakan untuk menanam padi organik. Inovasi itu dilakukan oleh Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP Donggi Matindok Field), yang merupakan bagian dari Zona 13 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream.
Dengan menggandeng PT Aimtopindo Nuansa Kimia, PEP Donggi Matindok Field mengembangkan pemanfaatan sulfur menjadi pupuk biosulfur. Pupuk hasil inovasi tersebut telah melalui proses uji labolatorium untuk memastikan efektifitas dan kandungan unsur hara pada pupuk.
Dalam tahap uji coba, tanaman padi hanya mendapatkan pupuk biosulfur yang dicampur dengan urine sapi, sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia. Hasilnya begitu menggembirakan, padi yang ditanam tumbuh dengan baik dan memiliki tingkat produktivitas yang sama dengan padi yang menggunakan pupuk kimia.
“Inovasi pemanfaatan biosulfur ini telah melalui berbagai tahap pengujian laboratorium. Hasil pengujian menunjukkan bahwa biosulfur yang sudah diolah dan dikombinasikan dengan pupuk organik ternyata mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman,” kata Setyo Yanus Sasongko, Direktur PT Aimtopindo Nuansa Kimia.
Di dalam rilis yang disampaikan hari ini, (8/11/2021) perusahaan menyebutkan bahwa program budidaya padi organik merupakan wujud Pertamina dalam menerapkan nilai-nilai ESG (Environment, Social, and Governance) untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals/SDGs, yaitu tujuan 2 (zero hunger) dan 15 (life on land). Dimana, program pertamina terintegrasi dengan memanfaatkan biosulfur sebagai pupuk pada tanaman padi diharapakan dapat menurunkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, serta mencanangkan pertanian berkelanjutan.
Selain itu, penerapan teknologi biosulfur ini hanya memanfaatkan pupuk organik tanpa sedikit pun menggunakan pupuk kimia sehingga mendukung penerapan pertanian berkelanjutan dalam menjaga kualitas tanah dan ekosistem daratan lainnya.
Keunggulan lainnya adalah, dengan menerapkan padi biosulfur organik, petani dapat menekan biya produksi. Karena memang biayanya begitu rendah apalagi karena menjadi bagian dari program CSR, PEP Donggi Matindok Field juga memberikan pupuk biosulfur kepada para petani secara cuma-cuma.
Abidzar Akman, Donggi Matindok Field Manager menyampaikan harapan teknologi ini dapat dijangkau, diterapkan, dan bermanfaat bagi semua petani, Aplikasi pupuk biosulfur yang dikombinasikan dengan pupuk organik dapat melepaskan ketergantungan terhadap pupuk kimia yang harganya terus melambung, “Dengan demikian, penggunaan pupuk biosulfur mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan bersih petani. Melalui program ini, kita sama-sama belajar dan melihat langsung bagaimana inovasi ini mampu memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat,” jelas Abidzar.
***