Penulis : TS Pajakoen I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – PT Waskita Karya Tbk secara resmi telah mengantongi restu dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk melakukan penambahan modal dengan menerbitkan saham baru lewat skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias right issue dengan target perolehan dana sebesar Rp4 triliun.
Pelaksanaan right issue sengaja digelar guna melindungi porsi kepemilikan saham publik seiring kebijakan pemerintah yang telah menyiapkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk Waskita Karya senilai Rp7,9 triliun yang juga bakal dilakukan lewat skema right issue. Dengan demikian, secara total dana segar yang bakal diraup oleh Waskita Karya dari kedua rencana right issue ini mencapai Rp11,9 triliun.
“Targetnya Desember 2021 (right issue) bisa selesai. Jadi memang timetable-nya mepet sekali karena persetujuan untuk PMN kemarin di Kementerian Keuangan juga agak pas-pasan. Nantinya sebesar Rp7,9 triliun akan di-subscribe oleh pemerintah lewat PMN, dan Rp4 triliun ditawarkan ke publik lewat right issue,” ujar Wakil Menteri II BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, di Jakarta, pekan ini.
Dengan adanya dana segar dari right issue ini, menurut pria yang biasa disapa Tiko, diharapkan dapat mendorong kondisi keuangan perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini tak lepas dari kondisi utang Waskita Karya yang naik hingga empat kali lipat dari semula Rp20 triliun pada 2015-2016 menjadi Rp90 triliun pada 2019. Peningkatan utang terjadi sebagai imbas dari penyelesaian 16 ruas tol di Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera yang sebagian besar merupakan akuisisi tol milik swasta.
“Sedangkan pada gilirannya, agresivitas akuisisi ini belum menghasilkan perkembangan yang optimal. Sehingga right issue ini merupakan salah satu dari delapan stream penyelamatan atas kondisi Waskita Karya,” tutur Tiko.
Tak hanya akibat proses akuisisi, ‘meradang’nya kondisi keuangan Waskita Karya juga merupakan konsekuensi dari penugasan pemerintah untuk melaksanakan transmisi di Sumatera yang secara total membutuhkan pendanaan sebesar Rp27,8 triliun. Bahkan pada 2017-2018 sampai 2019 pun posisi utang perusahaan membengkak menjadi Rp70,9 triliun diikuti dengan utang kepada vendor sebesar Rp20 triliun.
“Jadi memag total utang (Waskita Karya) sekitar Rp90 triliun, yang terdiri atas Rp 70 triliun utang kepada bank dan obligasi serta Rp20 triliun kepada vendor. Ini pelan-pelan kita mulai bereskan. Harapannya, dalam satu sampai dua tahun ke depan, utang vendor bisa kita bayar,” tegas Tiko.
***