Penulis : TS Pajakoen I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNISN.COM – PT Bank Capital Indonesia Tbk tengah bersiap melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias right issue pada tahun ini. Kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku operator sekaligus regulator pasar modal nasional, pihak manajemen perusahaan dalam keterbukaan informasi telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada pembeli siaga (standby buyer) dalam aksi korporasi ini.
Sebagaimana tertuang dalam keterbukaan informasi tersebut, emiten dengan kode saham BACA ini bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya 20 miliar saham dengan harga nominal sebesar Rp100 per saham. Dari aksi korporasi ini, perusahaan berharap dapat meraup dana segar hingga Rp7 triliun, dengan mengacu pada rata-rata harga saham BACA sebelum adanya pengumuman rights issue. “Tidak ada pembeli siaga dalam PUT IV dengan HMETD ini,” tulis manajemen, dalam keterbukaan informasi.
Meski target perolehan dana dan juga harga nominal telah ditetapkan, sejauh ini harga pelaksanaan dari rights issue BACA masih dalam proses pembahasan. Persetujuan atas right issue ini sendiri telah dikantongi manajemen pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 25 Agustus 2021 lalu.
Sebelum diputuskan tidak adanya pembeli siaga, dua perusahaan sempat disebut-sebut bakal tampil sebagai pembeli siaga dan siap menyerap saham baru yang diterbitkan oleh BACA. Kedua perusahaan itu adalah PT Inigo Global Capital dan PT Delta Indo Swakarsa, yang keduanya merupakan bagian dari pemegang saham perusahaan. Sebelum right issue, PT Inigo Global Capital diketahui memiliki 14,71 persen saham BACA, sedangkan Inigo Global Capital menggenggam 13,96 persen kepemilikan saham BACA.
Dari sisi pelayanan, Bank Capitas masih terus melakukan pembenahan, seperti pengembangan kanal layanan perbankan elektronik. Menurut Direktur Utama Bank Capital Indonesia, Wahyu Dwi Adji, perusahaan saat ini sedang fokus pada beberapa langkah perubahan untuk meningkatkan kualitas layanan pada nasabah.
Seperti, desain tampilan baru dan optimalisasi kenyamanan pengguna mengakses aplikasi Capital Mobile dan Capital Business Net, dan penambahan fitur pada kedua aplikasi tersebut, serta peningkatan keamanan dan peremajaan perangkat keras serta perangkat lunak bank untuk mendukung volume transaksi yang meningkat pada kanal layanan perbankan elektronik. “Termasuk pembukaan akun baru secara online, transaksi kartu debit, transaksi QRIS, serta layanan payroll dan virtual akun manajemen untuk nasabah perusahaan,” kata Wahyu dalam keterangan tertulisnya.
Pada tahun ini kinerja Bank Capital masih belum moncer. Hingga Semester 1-2021, laba bersihnya hanya mencapai Rp 11,60 miliar atau turun sebesar 77,68 persen year on year (yoy) bila dibandingkan paruh pertama 2020 sebesar Rp 51,98 miliar. Penurunan laba bersih didorong karena terjadinya penurunan pendapatan bunga 40,45 persen yoy dari Rp 773,23 miliar menjadi Rp 460,42 miliar. Sedangkan beban bunga naik 36,88 persen yoy dari Rp 510,89 miliar menjadi Rp 699,29 miliar.
Penurunan juga terjadi pada penyaluran kredit, per 30 Juni 2021, penurunan sebesar 34 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp 4,21 triliun. Sementara pada bagian lain, terjadi peningkatan jumlah simpanan nasabah sebesar 29 persen ytd menjadi Rp 21,13 triliun. Sehingga, jumlah aset naik dari Rp 20,22 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp 23,76 triliun per 30 Juni 2021.
Bank Capital juga merupakan salah satu dari tujuh bank yang mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi bank digital. Adapun 6 (enam) bank lainnya adalah, PT Bank BCA Digital, PT BRI Agroniaga Tbk, PT Bank Neo Commerce Tbk, PT Allo Bank Indonesia Tbk, PT Bank QNB Indonesia Tbk, dan PT KEB HanaBank.
***