Penulis : Yudi Rachman I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Setelah menunggu selama tujuh tahun, akhirnya penggabungan Pelindo I – IV bisa terwujud. Hari ini Jokowi secara resmi mensahkan berdirinya holding PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang merupakan gabungan dari Pelindo I – IV.
“Tujuh tahun yang lalu sudah saya perintahkan kepada Menteri BUMN dan Direktur Utama Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, Pelindo IV untuk segera meng-holding-kan Pelindo ini. Dan hari ini alhamdulillah tadi sudah disampaikan oleh Dirut Pelindo Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, Pelindo IV sudah menjadi PT Pelindo atau PT Pelabuhan Indonesia,” terang Jokowi pada Peresmian Penggabungan Pelindo dan Terminal Multipurpose Wae Kelambu Pelabuhan Labuan Bajo pada hari ini, Kamis (14/10/ 2021)..
Dengan berdirinya holding PT Pelindo diharapkan persoalan yang selama ini terus muncul, yakni tingginya biaya logistik bisa cepat terselesaikan. Karena kalau dibandingkan dengan beberapa negara, termasuk negara tetangga, biaya logistik Indonesia masih tergolong tinggi.
Bila mengutip data yang pernah disampaikan Kementerian Keuangan pada 2019, disebutkan, bahwa biaya logistik di Indonesia mencapai 23.5 persen dari produk domestik bruto (PDB), dengan rincian sebegai berikut; biaya inventori (8,9 persen) transportasi darat (8,5 persen), transportasi laut (2,8 persen), administrasi (2,7 persen), biaya lainnya (0,8 persen).
Bahkan studi konsolidasi yang pernah dilakukan Pelindo I – IV kembali memperkuat, angka yang tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan biaya logistik negara-negara lain, seperti Singapura (8 persen), Amerika Serikat (8 persen), Uni Eropa (9 persen), Jepang (9 persen), Korea Selatan (9 persen), India (13 persen), Malaysia (13 persen) dan China (15 persen).
“Biaya logistik negara kita dibanding negara-negara tetangga masih jauh tertinggal. Mereka biaya logistiknya hanya 12 persen, kurang lebih, kita masih 23 persen. Artinya ada yang tidak efisien di negara kita. Oleh sebab itu, kenapa dibangun infrastruktur, baik itu jalan, baik itu pelabuhan, baik itu airport, karena kita ingin produk-produk kita, barang-barang kita bisa bersaing kalau kita adu kompetisi dengan produk-produk negara lain,” ucap Jokowi.
Padahal, salah satu kunci berputarnya roda ekonomi adalah kemudahan akses dan kemurahan biaya antar ketika barang bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Semakin mudah bergerak dengan biaya yang murah, maka roda ekonomi akan semakin lancar berputar. Bila semakin lancar, diharapkan terjadi pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Alasan itulah yang menjadi alasan mengapa selama beberapa tahun belakangan ini pemerintah getol membangun infrastruktur, baik di darat maupun di laut. Agar biaya logistik menjadi semakin kompetitif.
Dari pengabungan tersebut, selain biaya logistik menjadi semakin bersaing bahkan lebih baik dari negara-negara tetangga. Pemerintah juga punya target dalam jangka panjang, yaitu produk-produk yang dihasilkan tidak hanya berputar di dalam negeri saja, namun bisa menjadi bagian dari mata rantai global. “Saya juga minta agar ini dicarikan partner yang memiliki jaringan yang luas, sehingga nanti terkoneksi dengan negara-negara lain. Artinya apa? Produk-produk kita, barang-barang kita, bisa menjelajah kemana-mana, masuk ke supply chain global,” ucap Jokowi.
***