Penulis : TS Pajakoen I Editor : Yudi Rachman
Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – Kabar baik datang dari Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yang baru saja melakukan lawatan kerja ke Frankfurt, Jerman. Khususnya untuk sektor energi terbarukan.
Sepulang dari kunjungan kerjanya tersebut, mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu mengaku bahwa pihaknya telah bertemu dengan sejumlah pihak terkait rencana pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Badische Anilin- und SodaFabrik (BASF), produsen kimia terbesar dunia asal Jerman, diklaim Bahlil telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi dan membangun pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.
“Lokasi(pabrik)nya nanti di di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Saya sudah sampaikan bahwa pemerintah Indonesia melalui BKPM akan mendukung penuh rencana investasi BASF ini. Soal perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kami akan kawal terus sampai (seluruh urusan investasi) beres,” ujar Bahlil, dalam keterangan resminya, akhir pekan lalu.
Rencananya nanti, menurut Bahlil, pihak BASF akan masuk ke Indonesia melalui kerjasama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet. Nantinya, kedua ‘raksasa bisnis dunia’ itu akan membangun fasilitas pemurnian (smelter) nikel dan kobalt yang notabene merupakan bahan baku baterai listrik.
“Proyeknya mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR). Namun kami juga meminta agar BASF tidak hanya sekadar membangun pabrik dan smelter nikel, tapi juga memproses bahan tersebut di Indonesia, hingga benar-benar menjadi baterai listrik,” tutur Bahlil.
Atas dukungan penuh dari BKPM, Anggota Board of Executive Director BASF, Markus Kamieth, pun menyatakan apresiasinya. Markus berharap pemerintah juga dapat mendukung operasional kawasan industri independen tersebut dengan menyediakan pasokan listrik yang memadai dan berasal dari energi terbarukan. Namun demikian, sejauh ini belum ada penjelasan resmi terkait kepastian angka investasi yang bakal ditanamkan BASF di Indonesia ini. Sebagai perkiraan, rencananya kolaborasi kedua perusahaan baru tersebut sudah menyiapkan kapasitas produksinya hingga 42 ribu metrik ton nikel per tahun dan 5.000 metrik ton kobalt per tahun.
***