Jakarta, STABILITASBISNIS.COM – PT Bukalapak.com Tbk baru saja mendapatkan undangan untuk hadir dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Dalam kesempatan tersebut, pihak Bukalapak menyampaikan strateginya dalam menggandeng para mitra lapak agar tidak hanya semata-mata menyumbang keuntungan bagi Bukalapak, namun juga turut serta membantu para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi mitra lapak tersebut dapat menaikkan level bisnisnya ke arah yang lebih baik. Salah satunya adalah dengan membantu para mitra lapak untuk dapat bersaing dengan pelaku bisnis ritel modern.
Dalam pandangan Bukalapak, keberadaan warung tradisional saat ini cukup tertinggal dengan industri ritel modern yang berkembang sangat pesat. Berkaca pada kondisi tersebut, Bukalapak tidak ingin hanya mendorong para mitra lapak agar sukses dalam berdagang secara online, namun juga sekaligus dapat memodernisasi aktivitas perdagangan di warungnya.
“Ada beberapa upaya (membantu mitra lapak) yang kami lakukan lewat aplikasi yang kami sediakan untuk mitra lapak. Mereka bisa menjual barang secara virtual dan digital. Beli token listrik, pulsa, bayar tagihan, e-commerce bisa dilakukan di situ,” ujar CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, dalam RDPU, Jumat (17/9).
Tak hanya itu, menurut Rachmat, para mitra pemilik warung juga dapat memesan barang kelontong melalui aplikasi Mitra Bukalapak. Dalam hal ini, pihak Bukalapak disebut Rachmat membantu mempermudah pasokan barang ke toko melalui logistik infrastruktur atau supply chain management.
“Logistik infrastruktur kami sudah ada di 28 provinsi dan ratusan distributor. Jadi lewat aplikasi kami, mereka (mitra lapak) sudah seperti ritel modern saja, tinggal ketik di komputer untuk order barang-barang kelontong, dan langsung kami antar,” tutur Rachmat.
Lebih dari urusan pesan-antar barang, Bukalapak juga memfasilitasi para mitra lapak untuk kebutuhan layanan pengiriman uang, paket hingga pengelolaan keuangan melalui fitur-fitur yang mudah dan praktis. Misalnya saja masalah pencatatan uang dan juga aliran (cash flow) keuangan warung.
“Di aplikasi ada fasilitas untuk mencatat utang. Kalau biasanya mereka mencatat utang pelanggan di bungkus rokok, lalu bungkus rokok hilang, sehingga hilang pula catatan mereka. Karena itu kami sengaja ciptakan software yang punya sistem sederhana, agar mereka juga bisa disiplin. Dari sini, dengan pencatatan keuangan mereka sudah bagus, kami juga bantu untuk mulai akses permodalan ke bank. Kami tunjukkan bagaimana caranya bisa dapatkan working capital. Dengan (upaya) ini semua, at the end kita bisa bantu mereka untuk step by step untuk ‘naik kelas’,” tegas Rachmat.